Followers

3.11.2010

One Year


11 Maret 2010..
Hari ini untuk bangsa Indonesia adalah hari Supersemar, tetapi buat saya hari ini lebih bermakna dan merupakan babak baru dalam kehidupan saya.
Ya tanggal ini merupakan awal dari kesendirian saya sebagai wanita di rumah. Tahun lalu, pada tanggal ini, 11 Maret 2009 jam 01.00 dini hari, ibu saya, Jansje Geerda Rotty-Lotulung terbebas dari semua penderitaannya dan pulang ke Sang Empunya kehidupan.
Sekilas flash back, saya masih ingat jelas, saat jam itu, saya masih tertidur pulas bahkan karena saya lelah kuliah seharian dan mengerjakan tugas dan saya terbangun pada jam 1 lewat dan kakak mama saya dengan suara yang pelan berkata kepada saya, "Na,,, mama dah ga ada...". Saya kaget, bingung dan menghampiri tempat tidur yang tidak jauh dari kursi yang saya tiduri, dan saya langsung meraba lengan mama, dan memerhatikan leher mama. Dingin, keras itu yang saya raba dan yang saya lihat tidak ada gerakan dari leher dan saya melihat dada mama, tak bergerak, langsung saat itu saya mengeluarkan air mata dan hanya bisa memanggil "Ma..mama.." dan akhirnya saya membangunkan adik saya, dan cuma bisa bilang "Lex,,, lihat mama...". Adik saya pun hanya bisa diam kaku, dan melihat mama. Dan mencoba untuk tidak menangis. Saya bingung apa saya harus mengabarkan orang-orang terdekat saya, karena saya masih mengharap mama hanya tidur. Saya masih menunggu dokter datang untuk memeriksa mama, sampai akhirnya setelah seorang suster yang selalu merawat mama, Tante Ocha datang dan memeriksa mama, dan akhirnya dia diam dan bilang pada saya, "Turut berduka cita ya, Ina" baru saya yakin mama memang sudah tidak ada. Ibu saya pergi saat di mana semua orang di rumah tidur lelap, padahal sudah dua kali kritis, dan ditunggui, tetapi mama memilih pergi saat semuanya tertidur, mungkin mama tidak ingin melihat kami yang sedih saat dia menghembuskan napasnya yang terakhir, tetapi justru itu membuat saya agak kacau. Saat itu saya merasa bersalah, karena saya tidak ada untuk mama saat hari terakhirnya, biasanya saya selalu menemani mama sampai tengah malam, saya tidak melihat secara langsung bagaimana mama pergi. Malah saya tidak bercerita kepada mama seperti biasanya. Yang jelas saya tidak kuat jika harus duduk di depan peti mati mama. Dan barulah saat sahabat saya, Ella datang, dia memeluk saya dan akhirnya saya menangis dan hanya bilang "Gw ga lihat, La..gw ga lihat.." baru setelah itu saya agak tenangan dan mulai bisa tertawa saat sahabat saya,Icha yang lainnya dengan polos mengaku bahwa dia tidak sadar saat diberitahukan orang tuanya bahwa mama saya meninggal dan dia malah melanjutkan tidurnya. Setelah itu saya mulai mencoba menghubungi sahabat-sahabat saya di kampus dan di sekolah. Di depan orang-orang lain saya terlihat biasa, hanya diam dan mengucapkan terima kasih terhadap orang-orang yang sudah datang malah saya tertawa mendengar candaan teman-teman kelas ketika itu. Tetapi tetap kelemahan saya, saya tidak kuat menahan air mata saya saat duduk di samping peti mati mama. Bahkan saat ibadah malam harinya, saya mencoba untuk tidak terlihat menangis di depan orang lain. Malamnya saya ingin tidak tidur ingin di samping mama, tetapi saya malah tertidur nyenyak mungkin capek karena tidak tidur semalaman, dan paginya baru saya panik dan sadar kalo saya tidak akan pernah melihat mama lagi mulai hari ini. Ya saat ibadah pelepasan, saya benar-benar tidak bisa berhenti menangis sehingga saya tidak begitu ingat siapa saja yang datang melayat. Apalagi ketika teman-teman mama dari Persekutuan Wanita gereja yang menyanyi Di Doa Ibuku, Namaku Disebut, saya benar-benar menangis. Dan saat peti itu ditutup, saya dan adik saya menangis sejadi-jadinya. Dan saat perjalanan ke Pondok Rangon, tempat peristirahatan mama yang terakhir, saya hanya bisa diam dan bilang pada diri saya sendiri, saat di kubur nanti saya tidak boleh menangis, dan memang saat di kubur, saya dan adik saya tidak menangis, karena dulu memang saat mama masih hidup mama sudah mengajarkan kepada kami untuk tidak menangis saat di kubur, harus rela melepas mama untuk selama-lamanya.

Ya memang saya dan adik saya sejak tahun 2002 sudah dididik untuk tegar jika mama pulang ke rumahNya, karena memang mama mengidap Tumor payudara stadium 4 saat itu, bayangkan saja saya masih duduk di kelas 3 SMP dan adik saya 1 SMP, kami sudah dilatih untukmengikhlaskan bahwa kemungkinan terbesar kami tidak akan lama bersama mama. Kami melihat bagaimana perjuangan mama selama 7tahun menghadapi penyakitnya, 3 kali kemoterapi dengan obat yang berdosis tinggi, dan dua tahun terakhir hidup mama bolak balik masuk rumah sakit. Setiap malam itupun saya selalu menemani mama hingga larut malam, dan selalu membangunkan mama, karena saya takut mama pergi. Dan melihat bagaimana sikap terakhir mama. Ya saya masih ingat jelas semua itu bahkan hingga sekarang.

Kepergian mama membawa pengaruh cukup jelas dalam diri saya, berat badan menyusut, pikiran agak kacau , meninggalkan tugas saya sebagai pelayan Teruna (semacam guru sekolah minggu di gereja) hingga penulisan ilmiah yang harusnya selesai saat semester enam belum selesai juga hingga sekarang. Karena memang tiga bulan awal setiap malam pasti saya menangis karena ingat mama. Sekarang pun saya melakukan hal yang sama. Saya ingat dulu mama selalu bilang kalo kesal terhadap saya dan adik saya "nanti rasain aja kalo mama dah ga ada.." dan memang rasanya saya akui tidak enak, saya mencoba menjadi anak perempuan dari seorang ayah dan kakak sekaligus ibu untuk seorang adik laki-laki. Semuanya benar-benar dikerjakan sendiri, dan tidak ada lagi tempat bercerita, meluapkan marah. Saya rindu saat-saat bersama mama di tempat tidur, bercerita, bercanda dan tepukan sayang mama. Saya rindu dengan bunyi dering yang agak horor karena itu berarti dari rumah, karena dulu mama selalu menelpon saya. Bahkan jika sahabat-sahabat saya sedang berbicara terhadap mamanya terkadang saya iri karena mama sudah tidak ada. 
Kepergian mama mengajarkan saya bahwa saya harus kuat, memang saya sempat jatuh karena setelah kepergian mama, beberapa masalah datang dan membuat saya sempat merasa tertekan, tetapi semua itu akhirnya saya lewati. Saya ingat pesan mama, bahwa saya tidak boleh lemah dan tidak boleh meninggalkan Tuhan. Saya harus tegar seperti mama saya. Kepergian mama itu juga berarti adaptasi 3 orang di rumah, karena memang ayah saya adalah pensiun pelaut, dan itu tidak mudah.Tetapi tidak bisa saya jelaskan di sini. Yang jelas keadaan adaptasi kami sedikit demi sedikit berhasil. 

Yang paling terpenting, saya tetap harus ingat dan penuhi janji saya terhadap mama dulu seperti lulus kuliah tepat waktu (saya sedang mencoba untuk benar-benar konsentrasi mengerjakan tugas yang belum selesai), kembali mengajar Teruna di gereja, dan masih banyak janji saya terhadap mama.

Ya saya mulai mengerti maksud Tuhan memanggil ibu saya saat saya baru berumur 21 tahun dan belum lulus kuliah. DIA membentuk pribadi saya menjadi lebih kuat menghadapi setiap pencobaan, dan menunjukkan bahwa DIA tidak pernah meninggalkan saya. Saya percaya semuanya indah pada waktuNya. Mama sudah senang sekarang, sudah terbebas dari penderitaan, dan itu sudah cukup untuk saya.
Saya tidak akan melupakannya dan akan terus menyayanginya...
Dan suatu hari pasti saya akan bertemu dengan mama lagi, entah kapan..
Yang jelas saya terus melanjutkan hidup saya sebagai bagian dari diri mama..


"miss you, Bu gendut.. But I'm not sad... nonachina  love you forever :) "



8 comments:

Unknown said...

hehee.. ingat mama harus ingat berikan yang terbaik yah.. banggakan mma mu,na.. :D

Unknown said...

be a taft girl nana.. ;p

ulva razie said...

semangat...
ayooo lulus tepat waktu

atika said...

na..

putri said...

hoohoho...
bner kta yere Na...
ayoo,,bikin nyokap lo bangga... ^^

ade chandra said...

ina ..
gw terharu bgt .. T.T

gw meski ga merasakan yg u rasakan
tpi gw sdikit merasakan rasa.a takut kehilangan nykap ..... See More

wktu itu nykap gw jga skrat ..
kondisinya kritis ..
sampai2 dokter mendiagnosa bahwa nyokap gw kena tumor paru2 ..
gw sedih ..
gw menangis smalaman ..
gw ga mau kehilangan nykap ..
dan gw berdoa trus buat kesembuhan nykap ..

dan MUZIZATpun terjadi ..
2 minggu kmudian dokter malakukan pemeriksaan lagi dan apa yg terjadi tumor itu hilang ,, lenyap ,, tak berbekas ..
gw bersuka cita sekali dan gw sangat berterima kasih sx sama TUHAN ..

sekilas cerita dari gw ^^ ..
dari situ gw berjanji ga akan bohong dan mengecewkan nykap lagi :)

buat ina ..
keep fighting ..
ur journey is not over ..
ur mother always be with u ^^

GOD BLESS U my best fren ina

regards,

Ade Chandra

amabintan said...

aku yakin ina perempuan yang kuat....

semangat yah na.. jadi yang terbaik..

reechy said...

banyak yang komen...
makasih ya semuanya..
:)